TUJUH LANGKAH DALAM MENGORGANISIR FOOD NOT BOMBS DI KOMUNITASMU

Pada awalnya, memulai Food Not Bombs mungkin terkesan sulit untuk kamu tangani. Mulailah dengan yang dasar dulu, untuk kemudian naik bertahap. Kamu tidak perlu merasa tertekan untuk mencapai semuanya sekaligus. Mungkin butuh beberapa minggu untuk bisa berjalan dengan lancar atau mungkin juga butuh berbulan-bulan. Satu orang tidak bisa menjadi grup Food Not Bombs, tapi satu orang bisa memulainya.

Begitu kamu sudah membuat keputusan untuk memulai grup Food Not Bombs lokal, bicaralah dengan beberapa orang lainnya yang kamu kenal yang mungkin tertarik bekerja sama dengan kamu. Mungkin saja sekelompok teman, atau anggota-anggota dari grup yang sudah ada, atau kamu bisa menempel flyer-flyer yang memberitakan maksud kamu dan lihat siapa saja yang merespon. Tentukanlah tanggal, jam, dan tempat meeting dan kumpulkan orang-orang yang tertarik bersama-sama berbicara mengenai apa yang kamu inginkan. Berikut ini adalah proses langkah demi langkah untuk membuat Food Not Bombs yang kamu dan teman-teman kamu jalankan bisa berjalan. Sekali lagi, ini hanyalah saran. Karena situasi unik kamu, kamu mungkin bisa menambah langkah-langkah atau mengacuhkan langkah-langkah atau melakukannya dengan cara yang berbeda. Apapun yang bekerja dengan baik untuk grup kamu adalah satu langkah terbaik untuk diikuti.

Langkah 1:

Mulailah mencari nomor telefon, alamat email dan alamat surat. Dengan menggunakan fasilitas tersebut, kamu bisa mengirimkan pesan dengan informasi tentang waktu dan tempat meeting selanjutnya dan kamu bisa menerima pesan-pesan jadi kamu tidak akan pernah kehilangan komunikasi. Lagipula, siapa yang ingin duduk di dekat telefon dan menunggunya berdering; lebih baik kita keluar ke jalan memberi makan orang. Lainnya, gunakan sebuah mailbox komersial atau post office box / PO BOX untuk alamat permanen kamu. Ketika keanggotaan kamu berganti, alamat surat kamu akan tetap sama dan kamu tidak perlu untuk mengerjakan ulang literatur kamu. Tanggung jawab untuk mengumpulkan dan menjawab surat dapat dengan mudah dirotasi. Dan, yang paling penting, kamu tidak mendapatkan tamu tidak diundang yang muncul di rumah kamu ingin tahu dimana makanan gratisnya.


Langkah 2:

Berikutnya, buatlah flyer yang memberitahukan eksistensi grup Food Not Bombs lokal. Dengan menyebarkannya pada even-even, menempelkannya di sekitar kota, dan/atau mengirimkannya lewat surat ke teman-teman kamu, kamu akan mulai mendapatkan telefon, surat, dan beberapa voluntir. Adalah membantu untuk mempunyai meeting mingguan atau bulanan yang terjadwal reguler dan selalu tahu kapan meeting selanjutnya jadi kamu bisa ajak orang-orang untuk bergabung. Ini membantu orang-orang baru merasa diterima dan jelaskan pada mereka bagaimana menjadi terlibat dalam program kamu.


Langkah 3:

Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan kendaraan. Ini dapat menjadi tantangan besar atau mungkin juga tidak. Diantara voluntir di grup kamu, mungkin ada cukup kendaraan dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan kamu. Jika tidak, kamu mungkin dapat mempersiapkan untuk meminjam sebuah minibus atau truk dari grup relijius yang simpatik atau organisasi sejenisnya. Jika kamu cukup beruntung, kamu mungkin dapat meyakinkan sesorang untuk mendonasikannya untuk kamu. Dan, jika semua cara diatas tidak dapat menghasilkan kendaraan, kamu bisa juga mengorganisir even-even pencarian dana untuk mengumpulkan dana khususnya untuk membeli sebuah minibus. Dalam beberapa kasus, adalah lebih baik menggunakan motor atau keranjang sepeda. Ini sangat lumrah di Eropa.


Langkah 4:

Dengan flyer di tangan, mulailah mencari sumber bahan pangan. Tempat pertama untuk didekati adalah pasar tradisional dan toko-toko makanan sehat. Tipe toko seperti ini cenderung lebih suportif dan merupakan tempat yang bagus untuk melatih pendekatan kamu. Tanya manajer atau pemilik apakah mereka selalu membuang sisa makanan mereka. Jelaskan bahwa kamu berencana untuk mengumpulkan semua bahan makanan yang masih bisa diolah tapi yang tidak akan atau tidak dapat dijual. Jelaskan pada mereka bahwa kamu berencana untuk memberikan makanan untuk memberi makan orang lapar termasuk mengantarkannya ke tempat penampungan dan dapur umum. (kamu harus memutuskan apakah kamu ingin mengatakan pada mereka bahwa sebagian makanan itu akan digunakan untuk organisir politik atau bahkan untuk mengatakan pada mereka nama grup kamu. Pada sebagian toko, ini mungkin tidak menjadi masalah; lainnya, mungkin lebih baik jika tidak perlu disebutkan, khususnya pada pertama, sampai mereka tahu kamu lebih baik.) Jika mereka tertarik dan bersedia, atur waktu reguler untuk mengambil makanan pada waktu yang ditentukan. Sebelumnya, kunjungi juga toko roti dan tanya mereka apakah mereka punya roti dan kue-kue kecil lama yang masih layak. Biasanya, ketika kamu dapat mengatasi hal tersebut, mulailah dekati distributor makanan, gudang, dan produsen. Kapan dan dimana ketika memungkinkan, tinggalkan literatur yang menjelaskan apa itu Food Not Bombs.


Langkah 5:

Kirimkan makanan ini ke tempat penampungan dan dapur umum. Adalah penting untuk tahu dapur umum di tempat kamu. Pelajarilah dimana lokasi mereka, siapa yang mereka layani, dan berapa banyak yang mereka sajikan. Informasi ini akan membantu kamu merencanakan rute pengiriman kamu dan mendistribusikan bentuk dan jumlah makanan yang tepat pada setiap program. Biasanya, menyenangkan untuk mengatur satu jadwal pengiriman reguler pada tiap dapur. Begitu rute pengiriman kamu berkembang, jadwal program makanan cuma-cuma di komunitas kamu akan menjadi jelas. Dengan informasi ini, kamu akan tahu dimana dan kapan ada kebutuhan untuk menyediakan sepiring makanan hangat dan, kemudian, dimana dan kapan waktunya untuk mempersiapkan sebuah meja Food Not Bombs untuk publik di jalan atau di taman.


Langkah 6:

Tidak akan lama sebelum jaringan dari beberapa toko dan toko roti akan memberikan lebih banyak makanan daripada yang kamu dapatkan untuk mendistribusikannya ke tempat penampungan-tempat penampungan. Dengan makanan tambahan, mulailah untuk menyiapkan makanan untuk disajikan di jalan. Pada awalnya, pergilah ke demonstrasi atau rally long-march. Disana, grup dapat merekrut lebih banyak voluntir, mengumpulkan donasi, dan mengangkat spirit orang-orang yang terlibat di even itu. Memberikan makanan pada saat demonstrasi rally long-march membangun komunitas dan mendukung aksi tersebut dengan cara yang sangat langsung.


Langkah 7:

Begitu ada cukup orang yang terlibat, pertimbangkan untuk menyajikan makanan sekali seminggu kepada tuna wisma di jalan dengan cara yang terlihat. Berorganisasilah menjadi tim-tim; satu untuk memasak makanan dan satu untuk menyiapkan dan menyajikan makanan. Memasak dan menyajikan makanan dalam tim membangun komunitas didalam grup dan sangat menyenangkan. Setiap grup memiliki pengaturan dapur yang berbeda. Beberapa menggunakan dapur rumah orang lain, beberapa menggunakan sebuah dapur yang disumbang oleh kelompok-kelompok atau dapur tempat-industri, dan beberapa menggunakan kompor gas dan memasaknya langsung disana. Pilih area-area yang memiliki populasi yang padat dan lalu-lintas pejalan kaki yang bermacam-macam. Lokasi-lokasi yang mudah dilihat banyak diinginkan karena bagian dari misi kita adalah untuk membantu membuat tuna-wisma yang tidak terlihat menjadi terlihat kepada mereka yang lebih baik, secara ekonomi. Juga, kita ingin meraih banyak orang dengan pesan politikal tentang perdamaian dan keadilan sosial; dan kita ingin menjadi sangat mudah diakses. Sering orang tanpa rumah berkumpul di dekat pusat pemerintahan karena mereka mencari bantuan dalam satu hal atau lainnya. Mengapa tidak membuatnya sekali seminggu diluar bangunan pemerintah? Selanjutnya, adalah mungkin untuk tumbuh dengan menyajikan makanan di jalan setiap harinya dalam seminggu dan ditempat yang berbeda setiap harinya.

Semua makanan kita adalah vegetarian, yaitu, tanpa daging, susu, atau telur. Ini untuk banyak alasan, tapi untuk saat ini, dua saja. Pertama, potensi untuk masalah yang berkenaan dengan makanan basi direduksi dengan besar ketika berurusan hanya dengan sayur-sayuran. Dengan proses yang kita gunakan, kita jarang menahan makanan yang kami kumpulkan selama lebih dari beberapa jam. Kedua, menjelaskan kepada orang-orang tentang keuntungan ekonomi dan kesehatan dari diet vegetarian yang secara langsung berhubungan ke sikap sehat tentang diri kita, satu sama lainnya, dan planet ini secara keseluruhan. Ini juga merupakan sebuah tantangan langsung pada ketidak-adilan sistem ekonomi militer/industrial. Ini bukan mengusulkan bahwa adalah kebijakan kita agar semua orang harus menjadi vegetarian atau bahwa memakan daging adalah salah. Kita mendorong kesadaran vegetarianisme untuk spiritual politik, dan alasan-alasan ekonomi. Kita hanya menyiapkan makanan yang berasal dari sumber tumbuhan sehingga orang akan selalu tahu dan percaya Food Not Bombs memiliki standar ini kapanpun mereka datang ke meja kita. Terkadang, kita menerima produk daging dan susu yang telah tersedia yang telah didonasikan ke kita dan membawanya ke dapur umum yang tidak vegetarian karena kita percaya makan lebih penting daripada menjadi seseorang yang dogmatis; bagaimanapun, kita tidak pernah memasak dengan menggunakan produk-produk binatang.


APA ITU FOOD NOT BOMBS ?

Dibentuk di Boston pada tahun 1980 oleh aktivis-aktivis yang terlibat pada gerakan anti-nuklir, Food Not Bombs telah bersemi menjadi gerakan politik akar-rumput mendunia dengan lebih dari 175 cabang otonom. Setiap grup Food Not Bombs menyajikan makanan gratis untuk orang yang membutuhkan dan untuk mendukung usaha pengorganisiran politik.

Food Not Bombs percaya bahwa masyarakat dan pemerintah harus menghargai nyawa manusia diatas kekayaan material, kebutuhan manusia bukan keserakahan korporasi, dan bahwa sebagian besar masalah yang ada di dunia berasal dari krisis nilai yang sederhana ini.

Food Not Bombs memulihkan makanan vegetarian yang sehat dan bernutrisi, yang sebaliknya mungkin dibuang, dan memasak dan menyajikannya ke orang yang membutuhkannya. Masalahnya saat ini bukan karena sedikit sekalinya produksi, tapi karena distribusi yang lemah dan tidak adil. Food Not Bombs adalah sebuah organisasi distribusi makanan yang alternatif. Bermaksud untuk membangun program berbagi makanan antar-komunitas yang berkepanjangan.

Dengan memberikan makanan vegetarian secara cuma-cuma di tempat-tempat publik, Food Not Bombs membawa kaum lapar dan miskin yang tidak terlihat ke hadapan publik, memaksa orang-orang yang lalu-lalang untuk memeriksa, setidaknya untuk sesaat, keterlibatan mereka dalam membiarkan sistem ekonomi global yang menindas semua orang ini terus belanjut.

Food Not Bombs memusatkan perhatian pada kontradiksi yang melekat pada kegagalan sistem sosial untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk setiap anggotanya, sementara pada saat yang sama mengeluarkan uang ratusan milyar dollar untuk mendanai perang-perang yang tidak berbudi dan kekerasan negara.


Food Not Bombs adalah protes, bukan amal.

Sementara, kita adalah grup dengan simpul longgar dari kolektif-kolektif, tiap grup Food Not Bombs berbagi beberapa prinsip-prinsip dasar yang mempersatukan:

1. Non-kekerasan
masyarakat kita didominasi oleh kekerasan- ekonomi, politik, lingkungan hidup, dan mental. Sementara politisi rakus dan berpandangan sempit meng-klaim bahwa kita akan “dilindungi” oleh
Angkatan Bersenjata negara, hidup kita sehari-hari dipengaruhi oleh ancaman konstan kejahatan dan kekerasan polisi. Otoritas dan kekuasaan pemerintah didasarkan semata-mata pada ancaman dan penggunaan kekerasan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Food Not Bombs berkomitmen untuk satu visi masyarakat yang digerakkan dengan cinta dan berbagi, bukan kekerasan dan keserakahan.

Kemiskinan juga merupakan kekerasan. Sementara masyarakat kita memuja konsumerisme yang tak berotak dan mengejar akumulasi kekayaan tak berbatas, yang menjadikan jutaan lainnya kelaparan dan menjadi tuna-wisma. Ini, dikombinasikan dengan kekerasan polisi, kesehatan yang tidak memadai, dan bentuk-bentuk diskriminasi yang tak terhingga, mencabut hak kita akan cara hidup yang penuh cinta dan bersemangat.

Industri makanan komersial juga berpredikat kekerasan. Industri ini melibatkan pembantaian jutaan binatang dan meracuni planet kita melalui penggunaan pestisida kimia dan alat-penyubur/fertiliser. Berton-ton makanan layak-makan dibuang untuk mempertahankan profit yang tinggi. Lebih dari 70% panen padi di Amerika Serikat dialokasikan ke binatang ternak, begitupun 33% padi dunia.

Sementara polisi telah menyerang Food Not Bombs (anggota-anggota dari Food Not Bombs San Francisco telah ditahan lebih dari 1000 kali sejak 1988) karena aksi-aksi mereka, kita tidak pernah merespon dengan kekerasan karena kita tidak akan pernah menciptakan ulang metode otoritatif dari negara di setiap aksi kita, dan karena kita berada di jalan setiap hari dalam jumlah kecil yang mendukung masyarakat. Polisi memiliki pasukan bersenjata yang secara konstan berdiri dan siap untuk menggunakan kekerasan pada saat kapanpun. Kita tidak ingin membahayakan diri kita sendiri atau orang-orang yang bekerja sama dengan menggunakan tindakan-tindakan kekerasan yang sempit jika situasi memanas.

2. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Konsensus
daripada bergantung pada sistem dimana yang menang mengambil segalanya, Food Not Bombs percaya bahwa setiap anggota di grup harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam mempertajam semua keputusan grup.

Proses konsensus menjamin bahwa setiap kehendak mayoritas tidak menghilangkan nilai-nilai dan kontribusi anggota-anggota yang lain. Proses konsensus membuat kita memecahkan konflik melalui negosiasi dan kompromi daripada menolak dan mensensor.

3. Vegetarianisme

lebih dari 25% makanan di Amerika Serikat dibuang setiap tahunnya, dengan perkiraan 65 kg daging per orang berakhir di pembuangan sampah di penjuru negeri. Itu cukup untuk memberi makan 49 juta orang, dua kali lebih banyak dari yang kelaparan di dunia setiap tahunnya.

Lebih dari 70% padi yang ditanam di negeri ini digunakan untuk peternakan, yang kemudian memberi makan sedikit orang dibandingkan padi secara langsung.

Pabrik-pabrik peternakan memperlakukan binatang seperti komoditas, sebagai objek yang digunakan semata-mata sebagai sesuatu yan menciptakan profit, sementara itu tidak memperdulikan bahwa mereka merupakan makhluk hidup, makhluk berperasaan yang merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat dari siksaan yang dilakukan terhadap mereka.

Menyajikan makanan vegetarian menunjukkan komitmen Food Not Bombs akan non-kekerasan, begitu juga penggunaan sumber daya yang bijak dan rasional.


BERITA LIPUTAN FNB JOGJA 15 APRIL 09

http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/3179-bagi-bagi-makanan-oleh-food-not-bombs.html

FOOD NOT BOMBS DAN ANARKISME

Karena makanan adalah hak semua orang bukan hak istimewa segelintir orang saja!

Karena ada cukup makanan untuk semua orang dimana-mana!

Karena kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!

Karena disaat kita lapar atau kedinginan kita punya hak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara meminta, mengamen, atau menempati bangunan-bangunan kosong!

Karena kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber keuntungan, bukan sebagai sumber nutrisi!

Karena makanan tumbuh pada tanaman!

Karena kita butuh lingkungan bukan kendali!

Karena kita butuh rumah bukan penjara!

Karena kita butuh makanan bukan bom!


Di berbagai penjuru dunia saat ini telah terbangun puluhan kelompok-kelompok yang aktivitasnya adalah membagi-bagikan makanan vegetarian gratis untuk orang-orang miskin dan siapapun yang tidak mampu membeli makanan. Kelompok-kelompok ini selain mengkampanyekan sikap anti-kemiskinan mereka, secara lebih jauhnya bertujuan untuk menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang non-kekerasan. Dan walaupun memang banyak kelompok-kelompok yang melakukan aktivitas tersebut dalam berbagai nama, namun ada satu organisasi akar-rumput yang sangat konsisten melakukan aktivitas tersebut dan organisasi ini telah berkembang secara internasional, Food Not Bombs (FNB).

Bermula dari San Fransisco, FNB dengan aktifitasnya begitu cepat menyebar, dari Amerika Utara, Eropa, bahkan hingga ke negara-negara Asia seperti Malaysia dan Indonesia (seperti yang terjadi belakangan ini di beberapa kota). Kebanyakan dari kita benar-benar percaya bahwa FNB dan strukturnya beserta seluruh tujuannya sangat berkaitan erat dengan orientasi anarkis. Masalah ideologis ini sendiri pada akhirnya menjadi elemen formal dari politik FNB dan sebuah statement akan visi yang diadopsi secara terbuka oleh seluruh grup dan menempatkan aksi-aksi harian ke dalam konteks politik yang lebih radikal. Statement visi ini meliputi segalanya, dari dedikasi grup terhadap perjuangan anti-seksis, hingga pembangunan kebun komunitas dan pembuatan kompos sebagai sebuah aksi yang langsung menuju sebuah tatanan masyarakat yang seimbang dengan lingkungannya.

Diharapkan tulisan ini akan membuka diskusi tentang masa depan politis dari FNB dan gerakan-gerakan sejenis sebagai sebuah gerakan transnasional yang bekerja keras melawan dominasi global dari korporasi dan kemiskinan dunia. Tulisan ini juga diharapkan dapat membantu yang lainnya dalam gerakan sosial untuk mengerti aksi-aksi seperti diatas dan sisi politisnya. Adalah politik radikal yang telah membuat kita, mengisi aktifitas kita dengan sesuatu yang berarti, yang memberi energi dan vitalitas kepada usaha-usaha harian. Disaat kita melihat bagaimana aktifitas harian berkaitan dengan gerakan yang lebih besar demi keadilan sosial dan ekonomi, hal tersebut membantu memberikan inspirasi dan motivasi yang kita butuhkan untuk terus mengumpulkan dan membagi-bagikan makanan atau juga bergumul dengan kompos atau sekedar bangun tidur lebih awal, membuat kopi dan sepotong roti yang kita miliki untuk kemudian dibagikan kepada mereka yang melakukan pemogokan. Perubahan sosial yang radikal dibangun dari hari ke hari dengan menyadari bahwa diri kita adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dari diri kita sendiri, akan dapat membantu kita untuk melewati hari-hari dengan aktifitas yang lebih berguna.

Jadi apalagi yang perlu untuk dibahas?

Adalah sesuatu yang penting bagi sebuah grup dan gerakan untuk mempunyai pengertian yang luas tentang dimana posisi kita dan apa visi terbaiknya tentang sebuah dunia idaman. Membagi-bagikan makanan dengan gratis memiliki beberapa definisi prinsipil yang sangat jelas dan konteks politis yang lebih luas serta memberi tempat bagi prinsip-prinsip tersebut sebuah makna dan arti yang lebih dalam.

Anarkis membayangkan dunia bebas dimana tindakan diambil atas keputusan bersama, dunia yang tanpa kekerasan. Konsep-konsep itu sendiri cenderung ambigu dan sangat terbuka untuk diinterpretasikan dengan lebih luas. Saat kita menyadari bahwa dengan menempatkan prinsip-prinsip kita secara fleksibel dan inklusif, sangatlah baik, tetapi disaat yang sama sangatlah penting juga untuk menjaga agar ide-ide kita tidak termoderasi dan terkooptasi. FNB sendiri memiliki tiga prinsip, yang selain dua prinsip diatas (keputusan bersama dan dunia tanpa kekerasan) mereka menambahkan satu point lagi, yaitu vegetarianisme. Dan dengan bersikap seperti diatas tadi, mereka meletakkan prinsip-prinsip mereka ke dalam aksi, dan hal itulah yang memberi ide-ide mereka sebuah arti dan nilai yang mendalam. FNB mengkombinasikan ide-ide tersebut dengan prinsip desentralisasi, penguatan kolektif dan individual, feminisme dan strategi pengorganisiran anti hirarkis. Dengan ini kita juga harus mulai meniadakan konsep-konsep yang mendefinisikan aktifitas pembagian makanan gratis sebagai tindakan ‘amal’. Pola pikir ‘amal’ telah gagal menemukan inti penyebab kelaparan dan kemiskinan, serta cenderung membantu mendanai sebuah krisis tanpa pernah berusaha menyerang struktur institusional yang menghasilkan ketidakadilan tersebut. Kita seharusnya lebih memfokuskan pada penentangan terhadap struktur kekuasaan yang patriarkis, didominasi kulit putih plus ‘budaya barat’nya dan berbagai bentuk dominasi lainnya -baik dalam masyarakat kita, dalam organisasi kita dan dalam kesadaran kita sendiri. Ide-ide dan keyakinan seperti itulah yang harus diekspresikan dalam berbagai pertemuan, dituliskan dalam literatur-literatur dan disuntikkan ke dalam cara kita mengorganisir kelompok kita sendiri, serta dalam membangun solidaritas dengan grup, organisasi ataupun perjuangan lain. Ini semua adalah tentang diri kita, tentang pandangan politis kita yang memiliki visi akan sebuah dunia yang lebih baik, sebuah dunia yang berusaha kita bangun saat ini. Dan inilah alasan mengapa pembahasan masalah seperti ini menjadi sangat penting.

Untuk Anarkisme

Fokus pertama soal anarkisme biasanya berkutat disekitar kesalahpahaman atas pengertian anarkisme yang diartikan tidak lebih dari chaos dan perusakan. Prof. Howard Zinn, seorang pendukung FNB mendeskripsikan anarkisme dalam bukunya yang berjudul “Declaration Of Independent” sebagai berikut: “Anarkis, seperti yang saya amati dan pelajari, tidaklah percaya pada anarki seperti yang biasa dideskripsikan oleh banyak orang dan media -kekacauan, disorganisasi, chaos, kebingungan dan setiap orang bertindak semaunya. Sebagai kontrasnya, mereka percaya bahwa tatanan masyarakat dapat dan seharusnya terorganisir dalam berbagai bentuknya dimana orang-orang akan bekerja sama saat bermain dan bekerja, untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang lebih baik. Tapi anarkis juga menekankan bahwa setiap organisasi harus menghindari hirarki dan perintah dari atas; harus demokratis, keputusan bersama, meraih keputusan tersebut melalui diskusi yang konstan dan berbagi argumen.”

Dia juga menambahkan, “Apa yang membuat saya tertarik dengan anarkisme adalah juga bahwa penolakannya bersifat total terhadap segala bentuk otoritas-otoritas negara, gereja dan dalam dunia kerja. Anarkis percaya bahwa jika kita bisa membangun sebuah tatanan masyarakat egaliter tanpa kemiskinan dan kemakmuran yang jauh terpisah, kita tak akan membutuhkan polisi, penjara, tentara, ataupun perang, karena penyebab utama semua masalah tersebut sudah lenyap.”

Howard Zinn menulis beberapa pendahuluan dalam beberapa buku FNB dan secara konsisten terus menentang serangan polisi dan tindakan brutal dari pemerintah kota terhadap para anggota FNB di San Fransisco. Dalam beberapa artikel di koran-koran tentang kebrutalan pemerintah kota terhadap FNB, Zinn selalu tercantum di harian tersebut. Statement yang dia bacakan antara lain berkata, “FNB memprotes sebuah sistem yang gagal untuk memberi orang-orang kebutuhan dasarnya.”

Anarkisme adalah sebuah gerakan demi sebuah dunia dimana kekerasan rasis, seksis, homofobik, kapitalisme dan sejenisnya dilenyapkan dari kehidupan kita sehari-hari. Anarkisme adalah sebuah keyakinan akan terbentuknya sebuah dunia dimana perang dan kemiskinan tak akan ada lagi. Anarkisme adalah filosofi dan gerakan yang bertujuan membangun sebuah struktur ko-operasi, egaliter dan struktur sosial yang mempromosikan mutual-aid, kontrol demokrasi radikal atas keputusan politik dan ekonomi, serta berwawasan lingkungan. Jadi bagaimana hal-hal seperti diatas dapat diterapkan secara langsung melalui aksi-aksi FNB?

Anarkisme dan Konsensus (Pengambilan Keputusan Bersama)

Konsensus adalah sebuah bentuk pengambilan keputusan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip anarkis. Konsensus adalah sebuah bentuk pengambilan keputusan yang dalam prosesnya bertujuan untuk membagi kekuatan diantara orang-orang agar semua dapat berpartisipasi dalam memperkuat dan mengimplementasikan keputusan kolektif. Konsensus juga bertujuan untuk membangun sebuah organisasi non-hirarkis yang mengkounter rasisme, seksisme, homofobia dan berbagai bentuk penindasan serta dominasi yang hanya menguntungkan sebagian orang saja dan memposisikan orang lain tanpa memiliki kekuatan dan suara. Karena kita bertujuan membangun sebuah organisasi - dan juga komunitas dan tatanan masyarakat - yang saling berbagi kekuatan dan memapankan kesetaraan, kita harus terus melawan hirarki. Anarkisme dan konsensus berjalan beriringan seperti layaknya sop hangat dan roti yang baru.

Anarkisme dan Vegetarianisme

Organisasi-organisasi yang membagi-bagikan makanan gratis seperti FNB hanya menyediakan makanan vegetarian sebagai aksi politis melawan industri daging beserta variannya, serta mempromosikan pendekatan lingkungan, distribusi makanan serta sumber bahan pangan ke seluruh dunia dengan merata, mempromosikan hidup lebih sehat, serta mendukung pembebasan hewan.

Komitmen kelompok-kelompok seperti FNB terhadap isu-isu seperti itu telah membangun koalisi yang kuat dengan organisasi lingkungan seperti Earth First! dan berbagai macam lainnya dan juga dengan organisasi-organisasi pembebasan hewan seperti ALF (Animal Liberation Front). Anarkisme menentang eksploitasi dan dominasi dunia yang merupakan karakteristik dari ekspansi kapitalisme. Anarkisme bertujuan tidak hanya merubah hubungan antar sesama manusia, tetapi juga hubungan antara manusia dengan bumi dan lingkungannya.

Anarkisme dan Sikap Tanpa Kekerasan

Banyak orang mulai memperdebatkan apakah anarkisme dan sikap tanpa kekerasan saling berkaitan. Sebagian anarkis berpendapat bahwa anarkisme dan sikap tanpa kekerasan tidak dapat dipisahkan. Untuk membahas masalah diatas mari kita lihat kembali pada sejarah tentang terjadinya negara. Christopher Day dari Love and Rage Revolutionary Anarchist Federation menulis, “Negara - yang kita artikan dengan keberadaan polisi, tentara, penjara, pengadilan, berbagai birokrasi pemerintah baik legislatif dan eksekutif - adalah alat pengontrol dan penekan dari yang berkuasa. Negara mempertahankan kekerasan yang legal dan terorganisir.” Lebih lanjut Day menyatakan, “Negara telah selalu menjadi instrumen perang. Adalah sesuatu yang tak mungkin untuk membentuk sebuah tatanan masyarakat tanpa peperangan dalam sebuah tatanan masyarakat yang masih didominasi oleh negara.”

Dalam buku FNB yang berjudul ‘Feeding The Hungry and Building Community’ dijelaskan, “Nama FNB menyatakan prinsip kami yang paling fundamental; tatanan masyarakat harus mempromosikan kehidupan bukan kematian. Tatanan masyarakat sudah mentolerir bahkan mempromosikan kekerasan dan dominasi. Kekuatan penguasa adalah hasil dari ancaman dan penggunaan kekerasan.”

Negara dan bentuk representasi dari kapitalisme, dominasi dan patriarki, mengkonsentrasikan kekuatan kepada beberapa orang saja yang secara sistematis mengesampingkan kekuatan mayoritas umat manusia. Kekerasan yang eksis dalam kehidupan sehari-hari merupakan hasil dari pengingkaran kekuatan atas hidup seseorang. Kekerasan terjadi dengan banyak cara, setiap hari, sebagai hasil dari ketidakaadilan sistem. Baik itu hadir melalui sistem sewa, makanan dengan pestisida dan label harga yang menyembunyikan penindasan terhadap para buruhnya, sistem pajak, bekerja pada seseorang yang sudah kaya, malnutrisi, sweeping polisi terhadap gelandangan, pemaksaan sterilisasi pada perempuan di negara Dunia Ketiga, pengasingan sosial terhadap orang miskin dan masih banyak problem lainnya.

Jadi apa hubungan antara anarkisme dan sikap tanpa kekerasan? Kita harus menelaah kembali sejarah yang panjang dari gerakan dan perlawanan anarkis yang pernah eksis dan kita akan menemukan fakta bahwa anarkisme dan perjuangan demi sebuah dunia yang tanpa kekerasan mempunyai sejarah yang panjang.

Dalam penelitian yang ditulis tahun 1932 dengan judul ‘Native (Born) American Anarchism’ yang mendiskusikan tentang pengaruh Henry David Thoreau yang dikembangkan melalui pembangkangan sipil, Eunice Schuster menyebut Thoreau sebagai “bukan hanya anarkis dalam pemikirannya, tapi juga dalam aksinya”. Aksi pembangkangan sipil yang dilakukan Thoreau selama perang Amerika melawan Meksiko telah mempengaruhi banyak teori-teori dan praktek tanpa kekerasan.

Leo Tolstoy juga mengambil inspirasi dari Thoreau dan mengembangkan ide-idenya sendiri dalam sikap yang tanpa kekerasan. Robert L. Holmes dalam bukunya yang berjudul ‘Non-Violence In Theory and Practice’ menuliskan, “Tolstoy menggabungkan pemahaman agama Kristen kepada apa yang dia lihat sebagai kesimpulan logis: pengingkaran ini bukan hanya berasal dari perang yang merupakan kekerasan terorganisir, tetapi juga dari pemerintah yang merupakan kekerasan institusional, dan hal inilah yang menimbulkan perang.” Dalam kata pengantar dari buku berjudul ‘Government Is Violence: Essays on Anarchism and Pacifism’ karangan Leo Tolstoy tertulis, “Tolstoy menyarankan cara pencapaian anarki dengan sesuatu yang sekarang dikenal sebagai pembangkangan sipil dan aksi langsung tanpa kekerasan… Tolstoy mengadvokasikan perlawanan moral yang tanpa kompromi terhadap penguasa.”

Gandhi menulis tentang Tolstoy dalam autobiografinya, “40 tahun yang lalu, ketika saya melewati masa krisis skeptis dan keraguan yang hebat, saya membaca buku Tolstoy yang berjudul ‘The Kingdom Of God Is Within You’ dan sangat terkesan. Saat itu saya masih percaya dengan kekerasan. Buku itu menyembuhkan sikap skeptis saya dan membuat saya menjadi seorang yang yakin akan ahimsa (tanpa kekerasan)… dia adalah tokoh anti kekerasan yang hebat yang lahir di abad ini.”

Ide-ide anarkis juga terinspirasi oleh ide-ide Gandhi tentang bentuk tatanan masyarakat yang diidam-idamkan. Dalam buku berjudul ‘Gandhi Today’, Mark Shepard menjelaskan: “India dapat menjadi kuat dan sehat hanya dengan merevitalisasi desa-desa dimana empat dari lima orang tinggal, seperti yang dituntut oleh Gandhi. Dia memimpikan sebuah tatanan masyarakat yang terdiri dari desa-desa yang kuat, dimana setiap desa memiliki otonomi politik dan ekonomi sendiri. Dalam kenyataannya Gandhi adalah tokoh terbesar dari desentralisasi di abad ini - menempatkan kekuatan politik dan ekonomi pada level lokal.”

Setelah Gandhi dibunuh, orang yang dikenal sebagai pewaris spiritual Gandhi, Vinoba Bhave memimpin beberapa kampanye besar untuk mengklaim kembali tanah bagi kaum miskin. Tahun 1951 Bhave dan banyak buruh dari Sarva Seva Sangh, memulai gerakan Bhoodon (Hadiah Tanah). Banyak yang menganggap bahwa Bhave adalah orang suci dalam tradisi Hindu, dan saat dia memulai perjalanan keliling negara untuk menuntut beberapa akre tanah dari para tuan tanah, dia menerima hadiah berupa tanah yang kemudian diberikan pada kaum miskin. Satu sepertiga juta akre yang diklaim oleh kaum miskin (lebih dari sekedar manajemen program Land-Reform yang diusulkan oleh pemerintah India). Bhave juga terlibat dalam proyek-proyek dan kampanye lainnya yang mempunyai prinsip revolusi tanpa kekerasan. Bhave adalah seorang anarkis.

Amerika mempunyai sejarah panjang tentang anarkisme tanpa kekerasan. Salah satu kelompok pertama yang tertulis dalam sejarah adalah New England Non-Resistance Society. Mereka menegaskan bahwa pemerintah, hukuman mati, perang dan ketidakadilan sangat bertentangan dengan ajaran Kristen. Kelompok tersebut, termasuk didalamnya William Llyod Garrison, terlibat dalam gerakan abolisionis yang berjuang untuk mengakhiri perbudakan di Amerika.

Saat Amerika memasuki Perang Dunia I, anarkis berada di garis depan gerakan anti perang. Tahun 1016, Emma Goldman, Alexander Berkman dan yang lainnya mengorganisir ‘No Conscription League’. Dengan kelompok tersebut mereka mengorganisir demostrasi, protes dan march. Mereka mempublikasikan sebuah manifesto yang didalamnya tertulis: “No Conscription League dibentuk dengan tujuan mendorong para anti wajib militer untuk menolak berpartisipasi dalam membunuh sesama mereka.” Berkman dan Goldman ditangkap karena dianggap melanggar hukum. Tahun 1918 pemerintah mengeluarkan undang-undang bernama ‘Espionage Act’ yang membuat literatur anti-perang menjadi ilegal, dan undang-undang ini digunakan untuk melawan sebuah kelompok yang terdiri dari lima orang anarkis termasuk Mollie Steimer. Kelompok tersebut mendistribusikan koran dengan cara menyelipkan koran-koran tersebut ke kotak pos di setiap rumah pada malam hari, dan menulis beberapa leaflet yang isinya menentang UU tersebut. Salah satu dari terdakwa, Jacob Schwartez, tidak pernah diajukan ke pengadilan. Dia disiksa polisi selama interogasi dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit. Sisa dari kelompok tersebut dianggap bersalah dan dideportasi ke Russia pada tahun 1921 atas aktivitas anti-perang mereka.

Selain mereka, masih ada yang menentang perang, antara lain Dorothy Day. Dia bersama dengan Peter Maurin, mempelopori gerakan buruh Katolik. Nancy Robert dalam anthologinya ‘American Radical’ menulis tentang gerakan tersebut, “Mereka mempunyai rencana yang berdasarkan tiga point yang sesuai dengan nilai-nilai Kristen untuk melakukan aksi-aksi sosial yang radikal. Maurin memimpikan sebuah komunitarian, gerakan anarkis yang menawarkan diskusi, forum-forum dan ceramah, rumah sakit di setiap kota yang memberi makan dan tempat tinggal bagi kaum miskin dan gelandangan, dan peternakan komunal yang akan menghancurkan tatanan masyarakat industri dan membentuk unit-unti organik dimana semua orang hidup dan belajar dalam sebuah komunitas.”

Pada akhirnya, sekitar 200 rumah yang dijadikan rumah sakit dibuka di banyak negara khususnya di Amerika Serikat. Ide yang mendasari berdirinya rumah-rumah tersebut diterangkan oleh Walter Brueggman sebagai berikut, “perasaan kasihan mengangkat sebuah bentuk kritik yang radikal dimana mereka yang miskin dan kelaparan harus diperhatikan dengan serius, kondisi dimana mereka seharusnya tidak dianggap normal dan alami, tetapi dianggap sebagai kondisi yang tidak manusiawi yang tidak dapat diterima.” Rumah-rumah tersebut dalam struktur masyarakat yang berorientasi profit bukan hanya merupakan sebuah bentuk perlawanan tetapi juga merupakan sebuah alternatif. Pada 1 Mei 1933, gerakan buruh Katolik tersebut menerbitkan koran yang dijual dengan sangat murah. Koran tersebut menjelaskan kaitan antara perdamaian dan keadilan sosial, serta meliput banyak aksi-aksi pembangkangan sipil yang dilakukan oleh gerakan buruh Katolik dan berbagai kelompok buruh radikal lainnya melawan militerisme. Dalam bukunya yang berjudul ‘The Spirit of The Sixtiest: The Making of Post-War Radicalism’, James Farrell menulis, “Pasifisme, personalisme dan anarkisme dari gerakan buruh Katolik menempati halaman pertama koran mereka. Dan koran tersebut mempromosikan sebuah revolusi dengan ide-idenya.” Farrel menulis bahwa dalam beberapa tahun, sirkulasi koran tersebut mencapai oplah 100.000 eksemplar dan tahun 1938 oplah mereka mencapai 190.000 eksemplar. Selama Perang Dunia II gerakan buruh Katolik tersebut dilarang karena sikap pasifis mereka dan beberapa aktifisnya dipukuli di jalanan saat mendistribusikan korannya.

Selama lebih dari 50 tahun, Dorothy Day berkomitmen penuh terhadap perdamaian, keadilan sosial dan revolusi tanpa kekerasan. Pada tahun 1983, uskup Katolik Amerika melihat adanya indikasi pergeseran sejarah dalam pelajaran tentang perang dan perdamaian saat tertulis bahwa pasifisme tidak dapat diterima baik secara moral ataupun politik bagi umat Katolik. Dulu Day bersama dengan Martin Luther King Jr. dikenal sebagai ’saksi tanpa kekerasan’ yang memiliki ‘pengaruh kuat dalam kehidupan gereja di Amerika Serikat’.

Dorothy Day yang selalu dijuluki ‘Head Anarch’ oleh editor koran gerakan buruh Katolik, dijuluki juga sebagai ‘First Lady of American Catholism’ dan beberapa malah memberi petisi kepada Vatikan agar mendeklarasikan dia sebagai seorang Santa. Anarkisme menurut Day adalah, “Ditingkatkannya tanggung jawab seseorang kepada orang lain, dari individu kepada komunitas, dan disaat yang sama mengurangi ketergantungan terhadap sentralisme negara.”

Salah satu dari gerakan yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Amerika Serikat adalah gerakan Civil Rights. Satu dari grup-grup kunci gerakan tersebut adalah Student Non-Violent Coordinating Committee (SNCC). Kelompok tersebut lahir dari gerakan ‘aksi duduk’ yang pernah sempat populer di daerah selatan pada tahun 1060 dalam aksi protes menentang sistem Apartheid dari ‘Jim Crow Laws’. Saat SNCC tidak pernah secara formal mendeklarasikan diri mereka sebagai sebuah grup anarkis, struktur organisasi mereka bermodelkan anti-otoritarian, desentralisasikan dan demokrasi serta mereka menggunakan aksi langsung dalam perjuangan mereka bagi masyarakat egaliter. SNCC memainkan sebuah peran penting dalam aksi “Freedom Rides”, sebuah kampanye 1964 “Freedom Summer”, yang merupakan sebuah formasi dari partai politik ‘Mississippi Freedom Democratic Party’ yang menentang rasisme dalam tubuh partai demokratik. Mereka telah meninggalkan sebuah ide dari aktivisme dan pengorganisiran radikal yang penting bagi siapapun yang berjuang demi perubahan sosial saat ini. Pola gerak mereka seperti pembangunan komunitas merupakan taktik aksi langsung tanpa kekerasan yang banyak digunakan oleh kelompok-kelompok seperti FNB.

Ella Baker adalah salah seorang yang menolong membentuk SNCC. Dia adalah seorang organisator selama bertahun-tahun dalam partai komunis NAACP dan membantu membangun ‘Southern Christian Leadership Conference’ dimana Martin Luther King Jr. terpilih sebagai presidennya. Baker yakin akan dibutuhkannya aksi-aksi langsung dan demokrasi partisipatoris dalam membentuk sebuah perubahan sosial. Dia juga yakin bahwa sebuah grup yang sukses harus menerapkan pola kepemimpinan yang datang dari grup itu sendiri, bukannya kepemimpinan yang datang dari seorang pemimpin: orang yang kuat tidak membutuhkan pemimpin yang kuat. Dalam bukunya yang berjudul: “Women In The Civil Rights Movement”: Trailblazers dan Torchbearers, Carol Mueller menampilkan sebuah chapter tentang Ella Baker dan pengembangan demokrasi partisipatoris. Mueller mengidentifikasikan ide-ide Baker tentang demokrasi partisipatoris sebagai berikut: 1. Seruan bagi orang-orang yang bergerak di level grass root dalam masyarakat dimana mereka memiliki kontrol atas diri mereka sendiri. 2. Meminimalisir hirarki dan profesionalisme yang selalu menjadi dasar bagi masalah kepemimpinan. 3. Sebuah seruan akan perlunya aksi langsung sebagai sebuah jawaban atas ketakutan dan alienasi yang eksis dalam masyarakat. Eksperimentasi dari demokrasi partisipatoris dalam SNCC dipengaruhi oleh gerakan sosial yang sangat luas. Mueller juga menulis: “Demokrasi partisipatoris dan pengambilan keputusan secara konsensus dilakukan dari proyek pendaftaran pemilih bagi SNCC di Mississippi dan Georgia hingga proyek SDS (Student for a Democratic Society) yang berkembang di daerah kumuh kota-kota daerah utara pada pertengahan tahun 60-an, hingga kelompok kepedulian pembebasan perempuan di akhir tahun 60 dan awal 70-an, hingga group-group afinity yang tergabung dalam gerakan anti-nuklir di akhir 70-an dan awal 80-an”.

Anarkisme dan sebuah dunia tanpa kekerasan bukan hanya saling berkaitan tapi juga tidak dapat dipisahkan. Saat bagian ini didiskusikan dengan melihat berbagai contoh dari sejarah yang harus di klaim kembali dan di ingat bahwa contoh-contoh tersebut telah menawarkan kita inspirasi dalam perjuangan demi sebuah tatanan dunia baru saat ini. Tidak seharusnya kita mengesampingkan berbagai gerakan yang diwarnai dengan kekerasan dalam sejarah anarkisme, tapi selama ini taktik pasifis tertutupi oleh contoh-contoh aksi revolusioner yang penuh kekerasan. Lebih jauhnya lagi aksi-aksi dengan kekerasan harus dilihat dan diletakkan dalam konteks situasi dan waktu sehingga kita dapat mengerti kaitan gerakan tersebut dengan perlawanan terhadap institusi sistem yang penuh kekerasan. Kita tidak akan pernah menemukan perdamaian selama kekuatan tiap orang dipisahkan dari hidup mereka.

Tetapi anarkisme sangat tidak populer dan selalu di salah artikan. Ya. Hal tersebut memang tidak populer dan selalu di salah artikan, tetapi dengan tetap diam dan tidak mau menyatakan keyakinan akan politik yang kita miliki tidak akan menghasilkan apa-apa selain hanya memperkuat struktur sistem saat ini. Saat orang-orang menentang perbudakan, saat orang-orang menuntut persamaan bagi perempuan dan kulit berwarna, saat orang-orang mengorganisir diri mereka menentang perang, saat orang-orang berjuang untuk upah dan kondisi kerja yang lebih baik, saat orang-orang mulai berdiri mempertahankan hak-hak mereka yang ditindas, diserang, dipenjarakan, dan bahkan dibunuh, saat itulah kekuatan itu kembali pada diri kita.

Dalam bukunya yang berjudul “Anarchism and Black Revolution”, Lorenzo Ervin menulis: “Sebagai sebuah bentuk praktek, anarkis-komunis percaya bahwa kita harus membangun tatanan masyarakat baru saat ini juga disamping terus berusaha untuk menghancurkan kapitalisme. Kita harus terus berusaha menciptakan organisasi-organisasi mutual aid anti-otoritarian untuk makanan, pakaian, perumahan, pengumpulan dana bagi proyek komunitas, dan sebagainya diantara lingkungan bertetangga kita tanpa perlu berafiliasi dengan pemerintah atau korporasi bisnis, dan tidak menjalankannya dengan tujuan meraih profit, melainkan demi kebutuhan sosial. Beberapa organisasi telah terbangun saat ini dan memberikan kepada anggota-anggotanya pengalaman praktek manajemen diri yang akan mengurangi ketergantungan orang-orang pada sistem. Pendeknya kita dapat mulai membangun infrastruktur bagi masyarakat komunal, sehingga orang-orang dapat melihat apa yang mereka perjuangkan dan untuk apa, bukan hanya sekedar ide di kepala seseorang. Dan itulah jalan menuju kebebasan”.

Kita dapat membuat ide-ide ko-operasi, mutual-aid, solidaritas, egalitarianisme dan tatanan masyarakat tanpa kekerasan menjadi popular, tapi hanya melalui aksi yang kita lakukan dan politik yang kita terapkan yaitu politik dalam kehidupan sehari-hari. Politik yang dekat dengan realita dalam kehidupan yang dijalani oleh masyarakat kita, karena semakin jauh politik kita dengan yang kita hadapi sehari-hari maka semakin tidak dapat di mengerti dan tidak berhubungannya politik tersebut dengan hidup kita.

Salah satu cara menerapkan politik radikal dalam tatanan masyarakat di mana masih terdapat banyak sekali kemiskinan dan kelaparan, adalah dengan menyediakan makanan gratis.

BEYOND FOOD NOT BOMBS

Siapa yang gak tau tentang Food Not Bombs (FNB) ? Oke, saya juga gak bisa asumsiin bahwa semua orang yang baca ini tau FNB. Jadi mending saya bahas secara singkat tentang FNB.

FNB pertama kali dicetuskan sekitar tahun 80an, diawali dari pergerakan anti-nuklir. Semua ini berdasarkan pada pemikiran bahwa jika berbagai sumber daya tidak dialokasikan pada senjata untuk berperang, dan kepada ketamakan-ketamakan, maka kebutuhan mendasar dari manusia; pangan, papan, dan kesehatan, akan terpenuhi.

Berbagai grup FNB di seluruh dunia mengumpulkan makanan sehat dan segar setiap minggunya yang dibuang hanya karena sudah tidak cukup menarik untuk dijual dan menyiapkan makanan vegetarian untuk bisa berbagi dengan semua orang. Jadi mungkin intinya FNB adalah tentang bagi-bagi makanan gratis, kepada orang-orang yang gak mampu. selesai ? Gak. FNB bukan hanya sebatas sampai ke acara amal seperti itu. Artis ibukota dan para petinggi negara juga sering lakukan hal itu. Trus apa yang beda dari FNB ? Apa yang membuat FNB bukan sebuah acara amal ?

Kebanyakan gerakan sosial yang pernah ada telah terkooptasi oleh pemerintah,atau bahkan ada juga yang dibantai. Tapi hal ini tidak pernah terjadi pada FNB. Desentralisasi, struktur non-hirarki, demokrasi langsung adalah beberapa trik untuk bertahan dan menghindari kooptasi.

Ide awalnya adalah; planet bumi cukup kaya untuk menghidupi seluruh mahluk hidup yang ada. Lalu kenapa juga masih banyak orang yang kelaparan ? kenapa juga masih banyak orang yang masih merasa beruntung dengan hanya makan 2 kali sehari ? Mungkin karena semua bahan baku dan makanan telah dimonopoli. Semua tanah tak bertuan telah diklaim. Semua tumbuhan yang tumbuh di atasnya sudah menjadi hak milik. Dan untuk mendapatkan dan mengkonsumsi semua hasil alam tersebut, manusia harus membayar. Membayar sesuatu yang seharusnya menjadi hak semua manusia. Lucu ya ?

Pesan yang dibawa oleh FNB sebenernya sangat simpel pada awalnya ; Tak seorangpun yang pantas kelaparan di tengah-tengah dunia yang super kaya ini, dimana tanah, matahari, dan hasil bumi seharusnya tidak diperjualbelikan. Ide selanjutnya adalah, negara mengumpulkan dana kebanyakan untuk membeli senjata. Senjata untuk apa ? Ya tentu saja untuk berperang. Perang yang biasanya didasari perebutan hasil alam. Kalau di Indonesia contoh kasusnya mungkin hampir sama. Negara membelanjakan uangnya untuk membeli senjata (yang dipakai untuk latihan perang-perangan di aceh, dll), untuk membuat patung-patung gak berguna yang harganya milyaran, dll.

Ironisnya, masih banyak orang yang kelaparan dalam disini. Padahal kalo mampu bikin patung dan senjata, berarti sebenernya ada uang kan ? so.. people need food, not bombs! Kamu gak bisa menghidupi anak-anakmu dengan senjata. atau mungkin kalau di indonesia harus diganti menjadi food not statue !

Haha kidding. Balik ke topik, jadi sebenarnya FNB lebih dari sekedar acara amal, membantu yang tak mampu dll dll.. FNB sangat politis di mata saya. FNB bukan sinterklas yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya oleh si lapar. FNB adalah sebuah bentuk demonstrasi yang memperlihatkan apa yang sebenarnya diperlukan manusia. Bahwa semua manusia setuju tentang satu hal; distribusi makanan secara adil. bahwa makanan gratis adalah hak untuk semua orang. Maka FNB mencari dan mengumpulkan bahan-bahan serta makanan untuk diolah kembali dan didistribusikan kepada masyarakat, bukan hanya sekedar untuk memberi makan yang kelaparan tapi untuk memperlihatkan dan mengingatkan bahwa manusia seharusnya menagih apa yang menjadi haknya. FNB juga mendemonstrasikan bahwa sebuah kelompok dengan dana yang terbataspun bisa membuat sebuah perubahan besar bagi masyarakat. FNB juga mengekspos mengenai bagaimana kekerasan, militerisme dan imperialisme sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat sekarang.

Lewat FNB, masyarakat juga akan belajar bagaimana isu-isu lain saling berhubungan dengan hidupnya. Setiap hari, banyak bahan mentah makanan atau makanan jadi dan layak makan yang terbuang. Untuk menyelamatkan bahan makanan yang terbuang dan mendistribusikannya kembali ke masyarakat, 3 unsur penting harus dikombinasikan :

* bahan makanan dikumpulkan
* mengolah agar menjadi makanan siap makan
* didistribusikan kepada siapapun yang menginginkannya.

Pastikan agar makanan ini mudah diakses oleh siapapun juga, tanpa birokrasi. Dalam setiap FNB, pada meja makanan selalu terdapat sebuah space khusus untuk menaruh leaflet, newsletter atau literatur lainnya dari berbagai isu, dari berbagai komunitas pula. Mulai dari vegetarianisme sampai ke anti-militerisme. Jadi ketika FNB menggelar mejanya, disitu bukan hanya terjadi acara bagi-bagi makanan saja, tapi ada sebuah tawaran wacana kepada masyarakat.

Dari literatur-literatur yang berbeda, akan terlihat ketertarikan masing-masing individu yang datang ke FNB, dan tentu saja akan bertemu dengan teman-teman barunya. Dengan kata lain, FNB juga membentuk sebuah jaringan luas antar manusia. Dikarenakan hubungan antara manusia sudah banyak teralienasi satu sama lain, maka dalam sebuah event FNB semua orang yang tak saling kenal akan berkenalan. Semua orang akan mengetahui ketertarikan teman barunya. Jadi jelas FNB bukan hanya acara makan-makan gratis. FNB bekerja keras untuk membangun komunikasi dengan cara mengajak masyarakat untuk saling berbagi dan saling membangun hubungan persaudaraan satu sama lain dan menghancurkan dinding alienasi.

Jadi secara gak langsung, FNB mempromosikan sebuah tatanan masyarakat alternatif kepada semua orang. Baik kepada orang yang datang, juga kepada setiap individu yang menjadi sukarelawan didalam FNB sendiri. Dari mulai mendorong orang untuk mengenal orang-orang di sekitarnya (menghancurkan alienasi) sampai ke pencarian keputusan yang dibuat dengan cara konsensus.

FNB selalu menyajikan makanan gratis tanpa produk-produk hewani, dalam artian menu vegetarian. Kenapa ? Selain bahan mentah organik lebih bisa bertahan lama untuk disimpan, FNB juga percaya bahwa mengkonsumsi produk hewani adalah sebuah pemborosan sumber daya alam. Satu hektar tanah yang ditanami dengan sayur-sayuran akan lebih bisa ngenyangin banyak perut dibandingin satu hektar tanah yang dibuat sebagai peternakan. Peternakan juga membutuhkan tanah tambahan untuk membuat ladang tanaman untuk memberi makan hewan-hewannya. Boros kan ? Belum lagi limbah yang dihasilkan oleh industri daging.

Namun banyak kegagalan yang pernah terjadi seperti acara FNB yang digelar hanya memberi makan pada orang-orang di jalanan. Sekedar itu. Nah setelah memberi makan gratis, lalu apa ? Apa yang membuat FNB berbeda ? Apa yang menjadi FNB begitu kuat dan tetap ada sampai sekarang ? Kamu pengen bikin FNB di tempat kamu ? mungkin dibawah ini adalah beberapa poin penting pada FNB yang sebelumnya udah dibahas secara singkat.

FNB itu tidak tersentral, non-hirarki dan semua keputusan berdasarkan demokrasi langsung (konsensus). Tidak tersentral, berarti tidak pernah ada grup pusat. Siapapun bisa membentuk grupnya sendiri dan bisa saling bekerja sama dengan grup lainnya. Dan setiap grup bisa membuat nilai-nilai dan politiknya masing-masing.

Non-hirarki berarti tidak ada kepemimpinan. dan semua keputusan diambil berdasarkan konsensus bukan voting. Karena voting berdasarkan kuantitas sementara konsensus berdasarkan kualitas. Dalam konsensus, setiap individu memiliki hak dan suara dalam mengambil keputusan, dan setiap keputusan yang diambil berdasarkan kesepakatan bersama-sama, bukan karena suara terbanyak. Konsensus juga menciptakan suasana nyaman dimana setiap individu yang memiliki opini yang berbeda-beda bisa mengekspresikan opininya masing-masing tanpa rasa takut, dimana konflik sebesar apapun bisa diselesaikan dengan cara saling menghargai. Jadi tidak ada kompetisi dalam pengambilan suara.. suara siapa yang harus menang dan lain-lain.

Konsensus juga memberi kesempatan kepada setiap ide untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Setiap individu yang ada tidak harus sepakat dalam satu hal. Itulah yang membedakannya dengan voting. Setiap individu yang saling tidak sepakatpun masih bisa mencari jalan dengan cara konsensus.

Bila dicari, banyak sekali makanan layak makan yang dibuang setiap harinya. FNB mencari, mengumpulkan, mengolah dan mendistribusikan makanan tersebut. FNB percaya bahwa vegetarianisme adalah cara makan yang ramah terhadap lingkungan, menggunakan lebih sedikit sumber daya alam dan lebih sehat. Maka FNB selalu medistribusikan makanan kepada masyarakat dalam menu-menu vegetarian. Semakin banyak orang menjadi vegetarian, maka akan lebih banyak orang yang dapat diberi makan. Bikin grup FNB di tempat kamu! Satu orang belum bisa disebut sebagai grup, tapi satu orang bisa memulai sebuah grup sendiri. Pertama, cari teman-teman kamu untuk bergabung. Ceritakan ide kamu.

Bila beberapa teman kamu tertarik, minta mereka juga untuk mencari teman-teman yang lain. Setelah itu, kalian tentukan tanggal, tempat, waktu untuk meeting pertama kalian. Ajak sebanyak mungkin orang untuk bergabung. Kamu juga bisa buat poster atau flyer atau leaflet mengenai idemu tersebut. Tempelkan di tempat-tempat yang kamu anggap cukup efektif untuk mencari teman baru. Jangan lupa cantumkan alamat atau nomor telpon yang bisa dihubungi. Poster dan flyer bertujuan untuk menambah sukarelawan di dalam grupmu, juga membuat orang lain membuat grupnya sendiri di daerahnya. Sehingga kamu bisa bekerja sama dengan grup lain di kotamu. Mulailah untuk mencari donasi bahan makanan. Coba cari tau mengenai makanan yang terbuang, atau mungkin ada yang mau rilisan band kamu, atau stiker dll untuk mencari dana.

Kamu juga bisa bikin gig di kota kamu untuk itu. FNB bisa digelar dimanapun kamu mau. Pada acara musik, atau di taman kota, di setiap event apapun, atau di jalanan pinggir trotoar. Jangan lupa bahwa tiap komunitas/grup yang bekerja sama dalam membuat FNB itu memiliki ketertarikan yang berbeda, maka sediakan space khusus untuk literatur. Setiap grup bisa membuat literaturnya dan isunya sendiri dan menaruhnya disana.

Ajak bicara dan kenalan dengan setiap orang yang datang dan mengambil makanan. Dengan cara itu kamu bisa memperluas jaringan dan persahabatan. Oh ya, salah satu ciri khas FNB yang membedakannya dengan acara amal biasa adalah : FNB berjalan secara rutin, entah itu seminggu sekali, atau sebulan sekali. ya udah, semoga membantu. Cuman itu yang saya tau mengenai FNB, selamat mencoba.

FOOD NOT BOMBS JOGJAKARTA



MANIFESTO FOOD NOT BOMBS
  • Makanan adalah hak semua orang bukan hak istimewa segelintir orang saja!
  • Terdapat cukup makanan untuk semua orang dimana-mana!
  • Kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!
  • Disaat kita lapar atau membutuhkan tempat berteduh, kita punya hak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara meminta, mengamen, atau menempati bangunan-bangunan kosong!
  • Kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber keuntungan, bukansebagai kebutuhan pokok!



APA & MENGAPA FOOD NOT BOMBS ?

Di berbagai penjuru dunia saat ini telah terbangun puluhan kelompok-kelompok Food Not Bombs (FNB) yang aktivitasnya adalah membagi-bagikan makanan vegetarian gratis untuk orang-orang miskin dan siapa pun yang tidak mampu membeli makanan.

FNB sebagai dapur umum berawal dari gerakan protes anti nuklir Amerika di Cambridge, Massachusetts (pada tahun 1980an) dimana dapur-dapur berfungsi untuk menyediakan konsumsi bagi kelompok-kelompok protes.

FNB beserta aktifitasnya sebagai dapur umum terus berlanjut di Amerika Utara dan dengan cepat menyebar, dari Amerika Utara, Eropa, sampai ke negara-negara di benua Asia, seperti di Malaysia,Filipina dan Indonesia (di Bandung, Jakarta, Salatiga, Pati dan Yogyakarta).

Merujuk pada namanya, kita tidak perlu melakukan analisa kompleks untuk memahami dasar pemikiran FNB, bahwa yang dibutuhkan manusia adalah kehidupan (FOOD = pangan) bukan kematian (BOMBS = senjata/bom). Kelompok-kelompok FNB yang besar dan yang kecil, terus berevolusi dengan pengembangan beragam programnya dan dengan tetap mengusung semangat awal FNB, mempromosikan kehidupan.

Bahwa tidak seorangpun harus terpuruk dengan kelaparan diatas bumi yang kaya sumberdaya. Seharusnya sumberdaya diatas bumi ini tidak dialokasikan untuk ketamakan, ambisi mendominasi dan perebutan kekuasaan oleh segelintir orang.

Ketika bumi cukup kaya untuk menghidupi seluruh mahluk yang hidup diatasnya, kita sering mendengar argumen bahwa kekurangan pangan dan sulitnya akses untuk makanan dan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi sebagian besar manusia adalah akibat berlebihnya populasi. Benarkah demikian? Adakah kemungkinan lain yang justru nyata di depan mata namun tidak dihiraukan. Contohnya seperti akses-akses bahan makanan yang dimonopoli, tanah-tanah produktif yang diprivatisasi, tumbuh-tumbuhan yang diklaim menjadi hak milik, sumber-sumber air yang dimonopoli. Hak-hak kita atas kebutuhan mendasar justru diserahkan pada ‘hukum pasar’.

Pengingkaran hak-hak akan akses yang terbuka pada kebutuhan-kebutuhan pokok merupakan pengingkaran akan kehidupan itu sendiri. Tatanan masyarakat dan sistem social yang ada saat ini telah mentolerir bahkan mempromosikan pengingkaran-pengingkaran tersebut.

Di satu sisi adalah semakin terkonsentrasinya kekayaan dan akses bagi segelintir orang, pada sisi lainnya adalah keterpurukan ekonomi dan social bagi mayoritas masyarakat. Saat ini kita merujuk pada liberalisasi ekonomi, suatu rantai dominasi ekonomi dan sosial oleh minoritas terhadap mayoritas - perluasan privatisasi dan perluasan wewenang lembaga-lembaga elitis untuk menentukan kebijakan yang menyangkut kehidupan mayoritas masyarakat.

Pada sisi lainnya, di balik arus utama, rantai dominasi yang mengingkari kehidupan; adalah beragam inisiatif besar dan kecil, untuk mereklamasi kehidupan tersebut. Food Not Bombs merupakan inisiatif dalam jejaring kerja yang ingin mendorong transformasi untuk suatu tatanan yang mempromosikan kehidupan!!



KAMPANYE & INISIATIF

*
Akses terhadap pangan :

Wacana yang mengkampanyekan akses terhadap pangan dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya sebagai kebutuhan mendasar manusia, yang harus dijamin oleh suatu tatanan sosial. Kampanye ini mencakup penyampaian informasi dan wacana akses terhadap pangan pada publik: pangan sebagai komoditas dan peran korporasi; kebijakan negara terhadap komoditas pertanian dan petani; komoditas pangan dalam era pasar bebas; kerentanan pangan dan gizi buruk yang marak terjadi; resistensi masyarakat untuk memperjuangkan akses terhadap pangan; kasus-kasus keberhasilan masyarakat untuk memperluas akses terhadap pangan dan hidup mereka.

*
Keamanan pangan & lingkungan:

Kampanye wacana kritis pada teknologi pertanian yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan erosi/kerusakan keanekaragaman hayati dan yang mempunyai potensi untuk merugikan kesehatan manusia; serta bentuk-bentuk ketergantungan pada teknologi pertanian yang merugikan petani, masyarakat luas dan lingkungan (teknologi rekayasa genetika, varietas hibrida, pertanian non organik)

*
Isu-isu spesifik|

Saat ini FNB Yogyakarta bersama organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok lain sedang dalam proses untuk mengkampanyekan penghentian pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang direncanakan di Muria, Jawa Tengah dan Sampang, Madura.

Praksis FNB

*
Pengadaan makan gratis untuk publik- dapur umum berkala yang dilangsungkan setiap bulan
*
Demonstrasi dan realisasi alternatif dalam skala-skala tertentu (studi tur, magang di pertanian organik, perintisan lahan pertanian organik, perintisan relasi produktif dengan petani).



Ingin terlibat dengan FNB ??

FNB Yogyakarta mengandalkan bantuan finansial dan non finansial dari beragam kelompok atau individu yang mendukung misi FNB. Saat ini FNB beroperasi dengan pendanaan dan sumberdaya yang berasal dari anggota FNB, donasi finansial dan non finansial dari individu ataupun organisasi/kelompok dan sumbangan tenaga dan keahlian dari relawan dan relawan ahli.Jika anda berpikir untuk terlibat dengan kegiatan FNB, kontak kami:

Food Not Bombs Yogyakarta
E-mail: fnb-jogja@riseup.net